JAKARTA, mediarilisnusantara.com – Sendratari Ramayana di Candi Prambanan memiliki sejarah yang menarik, berakar dari keinginan untuk mempromosikan budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa, kepada dunia internasional. Pertunjukan ini pertama kali dipentaskan pada tanggal 25 Mei 1961 dan menjadi salah satu ikon seni pertunjukan di Indonesia. Berikut adalah ringkasan mengenai sejarah pembentukan Sendratari Ramayana:
Latar Belakang Sejarah
Gagasan awal untuk mengadakan pertunjukan Sendratari Ramayana muncul pada tahun 1960 oleh G.P.H. Djatikoesoemo, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Perhubungan Darat, Pos, dan Telekomunikasi. Inspirasi ini datang setelah beliau menyaksikan pertunjukan Royal Ballet of Cambodia di Angkor Wat, Kamboja. Melihat potensi pariwisata yang dapat dihasilkan dari seni pertunjukan, Djatikoesoemo berencana untuk menciptakan pertunjukan yang dapat menarik wisatawan ke Indonesia.Candi Prambanan, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dipilih sebagai lokasi pertunjukan karena keindahan arsitekturnya dan nilai historisnya. Panggung terbuka Roro Jonggrang dibangun di area tersebut untuk menjadi tempat pementasan.
Pementasan perdana Sendratari Ramayana dilakukan pada tanggal 26 Juli 1961 dan langsung mendapatkan sambutan luar biasa dari penonton. Lebih dari 500 penari berpartisipasi dalam acara tersebut, dan tiket terjual habis dengan kehadiran tamu-tamu penting, termasuk Presiden Soekarno dan aktor terkenal Charlie Chaplin. Pertunjukan ini tidak hanya berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia tetapi juga mendapatkan pengakuan internasional, menjadikannya sebagai salah satu atraksi budaya utama di Yogyakarta hingga saat ini.
Pementasan Perdana
Pementasan perdana Sendratari Ramayana dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 1961. Pertunjukan ini menggabungkan elemen tari dan musik gamelan, menghidupkan kembali kisah epik Ramayana yang terkenal. Dalam pementasan ini, cerita diungkapkan tanpa dialog, menggunakan gerakan tari yang ekspresif untuk menyampaikan alur cerita kepada penonton.
Baca Juga: Barista Indonesia Jadi Juara Di Ajang Saudi Horeca Barista Championship 2024
Produksi pementasan awal melibatkan lebih dari 800 orang, termasuk penari, musisi, dan anggota panitia. Penari utama berjumlah 55 orang, dengan masing-masing tokoh diperankan oleh beberapa penari untuk memberikan variasi dalam penampilan. Selain itu, terdapat juga penari massal yang berjumlah sekitar 400 orang, serta 33 penabuh gamelan pelok dan slendro masing-masing, 60 penggerong, dan 27 perias. Proses persiapan menjelang pertunjukan meliputi gladi resik yang dilakukan selama tiga malam berturut-turut sebelum pementasan resmi.Pementasan perdana ini dihadiri oleh banyak tamu penting dan mendapatkan sambutan luar biasa dari penonton.
Karcis masuk terjual habis di teater yang berkapasitas antara 2.000 hingga 3.000 penonton. Keberhasilan pementasan ini menandai langkah awal yang signifikan dalam pengembangan seni pertunjukan di Indonesia dan menjadikan Sendratari Ramayana sebagai salah satu atraksi budaya utama di Candi Prambanan.
Baca Juga: Paving Block Yang Terbuat Dari Dari Sampah Plastik Tertolak
Keunikan Pertunjukan
• Tanpa Dialog Sendratari Ramayana tidak menggunakan dialog; sebaliknya, cerita disampaikan melalui gerak tari dan ekspresi wajah para penari. Hanya suara gamelan dan gending manis dari sinden yang menjadi latar belakang, menciptakan suasana yang mendalam dan syahdu. Pendekatan tanpa dialog ini memungkinkan penonton dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa untuk menikmati pertunjukan tanpa hambatan komunikasi. Gerakan yang ekspresif dan gestikulasi yang halus menggantikan dialog verbal, sehingga penonton dapat merasakan emosi dan alur cerita dengan lebih mendalam.
• Pengaruh Budaya: Epos Ramayana yang dipentaskan diadaptasi dari sumber-sumber sastra Jawa seperti Serat Rama karya Yasadipura, sehingga menghasilkan interpretasi yang unik dan kaya akan nilai-nilai lokal. Adaptasi ini tidak hanya mempertahankan inti cerita tetapi juga mengintegrasikan elemen-elemen budaya Jawa, seperti kostum, musik, dan tata panggung yang mencerminkan tradisi lokal. Dengan demikian, Sendratari Ramayana tidak hanya menjadi sarana hiburan tetapi juga sebagai media untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Jawa kepada generasi mendatang serta wisatawan
Baca Juga: Salon Culinaire Ke-13: Memperkenalkan Warisan Kuliner Indonesia Ke Tingkat Internasional
Dampak dan Perkembangan
Sendratari Ramayana memiliki kemampuan positif dalam mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. Menurut Jono Lesmono, seorang pakar pariwisata, pertunjukan ini menjadi pilihan atraksi wisata yang signifikan, membantu memperpanjang lama tinggal wisatawan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dengan semakin populernya pertunjukan ini, banyak wisatawan yang menjadikannya bagian dari paket wisata mereka saat berkunjung ke Candi Prambanan.
Pertunjukan ini juga berperan penting dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang terkandung dalam kisah Ramayana. Melalui pementasan yang rutin, generasi penerus dapat memanfaatkan pagelaran ini sebagai media untuk memahami dan menghargai warisan budaya mereka. Selain itu, Sendratari Ramayana menjadi inspirasi bagi perkembangan seni gerak tari, baik dalam gaya tradisional maupun kontemporer.
Baca Juga: Optimisme Dan Harapan Para Atlet Indonesia SEA Games Ke-32 Di Kamboja
Sendratari Ramayana tidak hanya berfungsi sebagai pertunjukan seni, tetapi juga sebagai bentuk promosi budaya Indonesia di kancah internasional. Dengan mengadaptasi elemen-elemen global ke dalam pertunjukan, Sendratari Ramayana berhasil menarik perhatian wisatawan asing dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia. Hal ini menciptakan peluang untuk kompetisi pagelaran secara nasional maupun internasional yang dapat meningkatkan kualitas pertunjukan dan memperluas jaringan budaya
Dengan demikian, Sendratari Ramayana di Candi Prambanan tidak hanya merupakan pertunjukan seni tetapi juga simbol keberhasilan dalam mempromosikan warisan budaya Indonesia kepada dunia.
(Reza)